POTRET KEHIDUPAN
Kumal dan kusam
Semrawut acak acakan
Wajah memelas penuh rasa iba
Di jalanan mereka tempatnya
Mengais rizki dengan meminta minta
Mengharap belas kasihan dari tuan dan nyonya
Terkadang hidup di bawah ancaman
Ada pula suruhan orang tua
Usia dini sudah di ajar begitu keras
Hidup jadi gelandangan
Dalam benak ingin hidup yang layak seperti yang lainnya
Namun apa boleh di kata mungkin sudah garisan tangan mereka
Terkadang berpikir dunia tidak adil
Namun kenyataan tetap hadir
Kekerasan sudah terbiasa
Menahan lapar dan dahaga
Dalam hati menangis pilu
Mengapa tak sama seperti tuan dan nyonya
Inikah yang di namakan Potret kehidupan?
Sungguh miris melihatnya
Yang kaya semakin kaya
Yang miskin tetap jadi jelata
Hidup dalam kekurangan yang nyata
Gelandangan
Fatmah Nisah/subang
27/01/2015
EMOSI DI UJUNG PENA
Karya; Sastra Arsyifa Peningit
Aku berhenti menggoreskan pena
menorehkan tinta dilembaran asa
berdiam diri sejenak
merenenungi akan sebuah dilema
Aku berjalan menelusuri sisi gelapku
memperhatikan sisa-sisa masa itu
Otak ini seolah berhenti berfikir
dan jemari pun seakan enggan
untuk menari lagi
Aku tiada bisa dihentikan...
Aku tiada dapat dibatasi
oleh sebuah titik dan juga koma
Aku diam layaknya si obor tua
Aku bimbang hendak menulis apa
Aku kesal,Aku ingin teriak meredam
agar sang pena takut akan diriku
akankah selamanya Aku begini..
Aku tersesat dipusaran waktu
dan mencari jalan di sandaran langit
yang biru...
sang mata ajna pun perlahan redup
Aku semakin tenggelam dalam asa
Entahlah mungkin mereka pun
dapat menilainya...
Aku sendiri pun tiada dapat
mencernanya...
Entah emosi yang berlebihan..
atau Aku yang tiada dapat kembali
berpijar...
layaknya besi berkarat di tempa bara
Aku pasrah dalam setiap tempaan
meski pun Emosi bagai Api di tungku
si Empu..
Namu Aku yakin kelak akan menjadi
layaknya keris berpamor Nogososro
Sudahlah kata tiada lagi dapat diolah
Imaji tertahan oleh sejuta problema
Kiranya Nona mau meminjamkan
bahunya...
agar Aku bisa bersandar merebahkan
segudang penat...
kiranya Nona mau tersenyum
dan mengajakku memutari hari-hari
agar Aku tiada merasa sendiri
Ku lemparkan semua beban ini
ku tanggalkan semua cerita
luapkan segala Emosi di dada
ku kerahkan semua di ujung pena
kiranya Nona dapat mengartikan
maka Aku akan menanti satu
kehadiran...
tentang sebuah jawaban dalam ilusi
datanglah dan temani sepi ini
dikala semua sudah dapat dipecahkan
Komentar
Posting Komentar